TENTANG FIRE ALARM SISTEM
Fire Alarm dikenal
memiliki 2 (dua) sistem, yaitu:
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
1. Sistem Konvensional.
2. Sistem Addressable.
Sistem Konvensional: yaitu
yang menggunakan kabel isi dua untuk hubungan antar
detector ke detector dan ke Panel. Kabel yang dipakai umumnya kabel
listrik NYM 2x1.5mm atau NYMHY 2x1.5mm yang
ditarik di dalam pipa conduit semisal EGA atau Clipsal. Pada instalasi yang
cukup kritis kerap dipakai kabel tahan api (FRC=Fire
Resistance Cable) dengan ukuran 2x1.5mm, terutama untuk
kabel-kabel yang menuju ke Panel dan sumber listrik 220V. Oleh karena memakai
kabel isi dua, maka instalasi ini disebut dengan 2-Wire Type. Selain
itu dikenal pula tipe 3-Wire dan 4-Wire seperti
terlihat pada Gambar di bawah ini.
Pada 2-Wire
Type nama terminal pada detectornya adalah L(+) dan Lc(-). Kabel ini dihubungkan
dengan Panel Fire Alarm pada terminal yang berlabel L dan C juga. Hubungan
antar detector satu dengan lainnya dilakukan secara PARALEL dengan
syarat TIDAK BOLEH BERCABANG yang berarti harus ada
titik AWAL dan ada titik AKHIR. Perhatikan
Gambar di atas.
Titik akhir tarikan kabel
disebut dengan istilah End-of-Line (EOL). Di titik
inilah detector fire terakhir dipasang dan di sini pulalah satu loop dinyatakan
berakhir (stop). Pada detector terakhir ini dipasang satu buah EOL
Resistor atau EOL Capacitor. Jadi yang benar adalah
EOL Resistor ini dipasang di UJUNG loop, BUKAN di
dalam Control Panel dan jumlahnyapun hanya satu EOL Resistor pada setiap loop.
Oleh sebab itu bisa dikatakan 1 Loop = 1 Zone yang ditutup dengan
Resistor End of Line (EOL Resistor).
Adapun tentang
istilah konvensional, maka istilah ini
untuk membedakannya dengan sistem Addressable. Pada sistem
konvensional, setiap detector hanya berupa kontak listrik biasa, tidak
mengirimkan ID Alamat yang khusus.
3-Wire Type digunakan
apabila dikehendaki agar setiap detector memiliki output masing-masing yang
berupa lampu. Contoh aplikasinya, misalkan untuk kamar-kamar hotel dan rumah
sakit. Sebuah lampu indicator -yang disebut Remote Indicating Lamp-
dipasang di atas pintu bagian luar setiap kamar dan akan menyala pada saat
detector mendeteksi. Dengan begitu, maka lokasi kebakaran dapat diketahui orang
luar melalui nyala lampu. Wiring diagram serta bentuk lampu indicatornya adalah
seperti ini:
4-Wire Type umumnya digunakan
pada kebanyakan Smoke Detector 12V agar bisa dihubungkan
dengan Panel Alarm Rumah. Seperti diketahui Panel Alarm Rumah menggunakan
sumber 12VDC untuk menyuplai tegangan ke sensor yang salah satunya bisa berupa
Smoke Detector tipe 4-Wire ini. Di sini, ada 2 kabel yang dipakai sebagai
supply +12V dan -12V, sedangkan dua sisanya adalah relay NO - C yang
dihubungkan dengan terminal bertanda ZONE dan COM pada panel alarm. Selain itu
tipe 4-wire ini bisa juga dipakai apabila ada satu atau beberapa Detector
"ditugaskan" untuk men-trigger peralatan lain saat
terjadi kebakaran, seperti: mematikan saklar mesin pabrik, menghidupkan mesin
pompa air, mengaktifkan sistem penyemprot air (sprinkler system ataureleasing
agent) dan sebagainya. Biasanya detector 4-wire memiliki rentang tegangan
antara 12VDC sampai dengan 24VDC.
Sistem Addressable kebanyakan
digunakan untuk instalasi Fire Alarm di gedung bertingkat, semisal hotel,
perkantoran, mall dan sejenisnya. Perbedaan paling mendasar dengan sistem
konvensional adalah dalam hal Address (Alamat). Pada sistem ini
setiap detector memiliki alamat sendiri-sendiri untuk menyatakan
identitas ID dirinya. Jadi titik kebakaran sudah diketahui dengan pasti, karena
panel bisa menginformasikan deteksi berasal dari detector yang mana. Sedangkan
sistem konvensional hanya menginformasikan deteksi berasal dari Zone atau Loop,
tanpa bisa memastikan detector mana yang mendeteksi, sebab 1 Loop atau Zone
bisa terdiri dari 5 bahkan 10 detector, bahkan terkadang lebih.
Agar bisa menginformasikan
alamat ID, maka di sini diperlukan sebuah module yang disebut dengan Monitor
Module. Ketentuannya adalah satu module untuk satu, sehingga
diperoleh sistem yang benar-benar addressable (istilahnya fully
addressable). Sedangkan addressable detector adalah
detector konvensional yang memiliki module yang built-in. Apabila
detector konvensional akan dijadikan addressable, maka dia harus
dihubungkan dulu ke monitor module yang terpisah seperti pada
contoh di bawah ini:
Dengan teknik rotary
switch ataupun DIP switch, alamat module detector dapat
ditentukan secara berurutan, misalnya dari 001 sampai dengan 127.
Satu hal yang menyebabkan
sistem addressable ini "kalah pemasangannya" dibandingkan dengan
sistem konvensional adalah masalah harga. Lebih-lebih jika menerapkan fully
addressable dimana jumlah module adalah sama dengan jumlah keseluruhan
detector, maka cost-nya lumayan mahal. Sebagai "jalan tengah"
ditempuh cara "semi-addressable", yaitu panel dan jaringannya
menggunakan Addressable, hanya saja satu module melayani beberapa detector
konvensional.
Dalam panel addressable tidak terdapat terminal Zone L-C,
melainkan yang ada adalah terminal Loop.Dalam satu tarikan loop
bisa dipasang sampai dengan 125 - 127 module. Apa artinya? Artinya jumlah
detector-nya bisa sampai 127 titik alias 127 zone fully addressable hanya dalam
satu tarikan saja. Jadi untuk model panel addressable berkapasitas
1-Loop sudah bisa menampung 127 titik detector (=127 zone). Jenis panel
addressable 2-Loop artinya bisa menampung 2 x 127 module atau
sama dengan 254 zone dan seterusnya.
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
Jenis-jenis Detector Fire Alarm
1. ROR (Rate of Rise) Heat
Detector
Heat detector adalah
pendeteksi kenaikan panas. Jenis ROR adalah yang paling banyak digunakan saat
ini, karena selain ekonomis juga aplikasinya luas. Area deteksi sensor bisa
mencapai 50m2 untuk ketinggian plafon 4m. Sedangkan untukplafon lebih tinggi,
area deteksinya berkurang menjadi 30m2. Ketinggian pemasangan max. hendaknya
tidak melebihi 8m. ROR banyak digunakan karena detector ini bekerja berdasarkan
kenaikan temperatur secara cepat di satu ruangan kendati masih berupa hembusan
panas. Umumnya pada titik 55oC - 63oC sensor ini sudah aktif dan membunyikan alarm
bell kebakaran. Dengan begitu bahaya kebakaran (diharapkan) tidak sempat meluas
ke area lain. ROR sangat ideal untuk ruangan kantor, kamar hotel, rumah sakit,
ruang server, ruang arsip, gudang pabrik dan lainnya.
Prinsip kerja ROR
sebenarnya hanya saklar bi-metal biasa. Saklar akan kontak saat mendeteksi
panas. Karena tidak memerlukan tegangan (supply), maka bisa dipasang
langsung pada panel alarm rumah. Dua kabelnya dimasukkan ke terminal Zone-Com pada
panel alarm. Jika dipasang pada panel Fire Alarm, maka terminalnya adalah L dan LC. Kedua
kabelnya boleh terpasang terbalik, sebab tidak memiliki plus-minus.
Sedangkan sifat kontaknya adalah NO (Normally Open).
2. Fix Temperature
Fix Temperature termasuk juga ke dalam Heat Detector. Berbeda
dengan ROR, maka Fix Temperature baru mendeteksi pada derajat panas yang
langsung tinggi. Oleh karena itu cocok ditempatkan pada area yang lingkungannya
memang sudah agak-agak "panas", seperti: ruang genset, basement,
dapur-dapur foodcourt, gudang beratap asbes, bengkel las dan sejenisnya.
Alasannya, jika pada area itu dipasang ROR, maka akan rentan terhadap False
Alarm (Alarm Palsu), sebab hembusan panasnya saja sudah bisa menyebabkan ROR
mendeteksi. Area efektif detektor jenis ini adalah 30m2 (pada ketinggian plafon
4m) atau 15m2 (untuk ketinggian plafon antara 4 - 8m). Seperti halnya ROR,
kabel yang diperlukan untuk detector ini cuma 2, yaitu L dan LC, boleh
terbalik dan bisa dipasang langsung pada panel alarm rumah merk apa saja. Sifat
kontaknya adalah NO (Normally Open).
3. Smoke Detector
Smoke Detector mendeteksi asap yang masuk ke dalamnya. Asap
memiliki partikel-partikel yang kian lama semakin memenuhi ruangan smoke (smoke
chamber) seiring dengan meningkatnya intensitas kebakaran. Jika kepadatan asap
ini (smoke density) telah melewati ambang batas (threshold), maka rangkaian
elektronik di dalamnya akan aktif. Oleh karena berisi rangkaian elektronik,
maka Smoke memerlukan tegangan. Pada tipe 2-Wire tegangan ini disupply dari
panel Fire bersamaan dengan sinyal, sehingga hanya menggunakan 2 kabel saja.
Sedangkan pada tipe 4-Wire (12VDC), maka tegangan plus minus 12VDC-nya disupply
dari panel alarm biasa sementara sinyalnya disalurkan pada dua kabel sisanya.
Area proteksinya mencapai 150m2 untuk ketinggian plafon 4m.
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita menempatkanHeat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Pertanyaan yang sering diajukan adalah di area mana kita menempatkan Smoke dan di area mana kita menempatkanHeat. Apabila titik-titiknya sudah ditetapkan secara detail oleh Konsultan Proyek, maka kita harus mengikuti gambar titik yang diberikan. Namun apabila belum, maka secara umum patokannya adalah:
Jika diperkirakan di area tersebut saat awal terjadi kebakaran lebih didominasi hembusan panas ketimbang kepulan asap, maka tempatkanlah Heat Detector. Contoh: ruang filing cabinet, gudang spare parts dari logam (tanpa kardus), bengkel kerja mekanik dan sejenisnya.
Sebaliknya jika didominasi asap, sebaiknya memasang Smoke. Contoh: ruangan no smoking area yang beralas karpet (kecuali kamar hotel), gudang kertas, gudang kapas, gudang ban, gudang makanan-minuman (mamin) dan sejenisnya.
Jenis Smoke Detector:
Ionisation Smoke Detector yang bekerjanya berdasarkan tumbukan partikel asap dengan unsur radioaktif Am di dalam ruang detector (smoke chamber).
Photoelectric Type Smoke
Detector (Optical) yang bekerjanya berdasarkan pembiasan cahaya lampu LED di dalam
ruang detector oleh adanya asap yang masuk dengan kepadatan tertentu.
Smoke Ionisasi cocok untuk mendeteksi asap dari kobaran api yang cepat (fast flaming fires), tetapi jenis ini lebih mudah terkena false alarm, karena sensitivitasnya yang tinggi. Oleh karenanya lebih cocok untuk ruang keluarga dan ruangan tidur.
Smoke Optical (Photoelectric) lebih baik untuk mendeteksi asap dari kobaran api kecil, sehingga cocok untuk di hallway(lorong) dan tempat-tempat rata. Jenis ini lebih tahan terhadap false alarm dan karenanya boleh diletakkan di dekat dapur.
4. Flame Detector
Flame Detector adalah alat
yang sensitif terhadap radiasi sinar ultraviolet yang ditimbulkan oleh nyala
api. Tetapi detector ini tidak bereaksi pada lampu ruangan, infra merah atau
sumber cahaya lain yang tidak ada hubungannya dengan nyala api (flame).
Aplikasi yang disarankan:
-Rumah yang memiliki plafon
tinggi: aula, gudang, galeri.
-Tempat yang mudah
terbakar: gudang kimia, pompa bensin, pabrik, ruangan mesin, ruang panel
listrik.
-Ruang komputer,
lorong-lorong dan sebagainya.
Penempatan detector harus
bebas dari objek yang menghalangi, tidak dekat dengan lampu mercury, lampu
halogen dan lampu untuk sterilisasi. Juga hindari tempat-tempat yang sering
terjadi percikan api (spark), seperti di bengkel-bengkel las atau bengkel kerja
yang mengoperasikan gerinda. Dalam percobaan singkat, detector ini menunjukkan
performa yang sangat bagus. Respon detector terbilang cepat saat korek api
dinyalakan dalam jarak 3 - 4m. Oleh sebab itu, pemasangan di pusat keramaian
dan area publik harus sedikit dicermati. Jangan sampai orang yang hanya
menyalakan pemantik api (lighter) di bawah detector dianggap sebagai kebakaran.
Bisa juga dipasang di ruang bebas merokok (No Smoking Area) asalkan bunyi
alarm-nya hanya terjadi di ruangan itu saja sebagai peringatan bagi orang yang
"membandel".
5. Gas Detector
Sesuai dengan namanya
detector ini mendeteksi kebocoran gas yang kerap terjadi di rumah tinggal. Alat
ini bisa mendeteksi dua jenis gas, yaitu:
-LPG (El-pi-ji) : Liquefied
Petroleum Gas.
-LNG (El-en-ji): Liquefied
Natural Gas.
Dari dua jenis gas
tersebut, Elpiji-lah yang paling banyak digunakan di rumah-rumah. Perbedaan LPG
dengan LNG adalah: Elpiji lebih berat daripada udara, sehingga apabila bocor,
gas akan turun mendekati lantai (tidak terbang ke udara). Sedangkan LNG lebih
ringan daripada udara, sehingga jika terjadi kebocoran, maka gasnya akan
terbang ke udara. Perbedaan sifat gas inilah yang menentukan posisi detector
sebagaimana ilustrasi di bawah ini:
Untuk LPG, maka letak detector
adalah di bawah, yaitu sekitar 30 cm dari lantai dengan arah
detector menghadap ke atas. Hal ini dimaksudkan agar saat bocor,
gas elpiji yang turun akan masuk ke dalam ruang detector sehingga dapat
terdeteksi. Jarak antara detector dengan sumber kebocoran tidak melebihi dari
4m.
Untuk LNG, maka pemasangan
detectornya adalah tinggi di atas lantai, tepatnya 30cm di bawah
plafon dengan posisi detector menghadap ke bawah. Sesuai dengan
sifatnya, maka saat bocor gas ini akan naik ke udara sehingga bisa terdeteksi.
Jarak dengan sumber kebocoran hendaknya tidak melebihi 8m.
PERINGATAN - Dapur
atau ruangan yang dipenuhi oleh bocoran gas adalah sangat berbahaya dan
berpotensi menimbulkan ledakan, karena kedua jenis gas ini amat mudah terbakar
(highly flammable).
Conventional Fire Alarm
Control Panel
Tampak luar Panel Fire
Alarm umumnya berupa metal kabinet dari bahan yang kokoh seperti terlihat pada
gambar di samping. Pada beberapa tipe ada yang berwarna merah, mungkin
dengan maksud agar bisa dibedakan dengan panel listrik ataupun panel
instrumentasi lainnya.
Dalam sistem alarm, panel
berfungsi sebagai pusat pengendali semua sistem dan merupakaninti dari
semua sistem alarm. Oleh sebab itu, maka lokasi penempatannya harus direncanakan
dengan baik, terlebih lagi pada sistem Fire Alarm. Syarat utamanya adalah
tempatkan panel sejauh mungkin dari lokasi yang berpotensial menimbulkan
kebakaran dan jauh dari campur tangan orang yang tidak berhak. Perlu diingat,
kendati bukan merupakan alat keselamatan, namun sistem Fire Alarm sangat
bersangkutan jiwa manusia, sehingga kekeliruan sekecil apapun sebaiknya
diantisipasi sejak dini.
Panel Fire Alarm
memiliki kapasitas zone, misalnya 1 Zone, 5 Zone, 10 dan
seterusnya. Pemilihan kapasitas panel disesuaikan dengan banyaknya lokasi yang
akan diproteksi, selain tentu saja pertimbangan soal harga. Di bagian depannya
tertera sederetan lampu indikator yang menunjukkan aktivitas sistem. Kesalahan
sekecil apapun akan terdeteksi oleh panel ini, diantaranya:
-Indikator Zone yang
menunjukkan Lokasi Kebakaran (Fire) dan kabel putus (Zone Fault).
-Indikator Power untuk
memastikan bagus tidaknya pasokan listrik pada sistem.
-Indikator Battery untuk
memastikan kondisi baterai masih penuh atau sudah lemah.
-Indikator Attention untuk
mengingatkan operator akan adanya posisi switch yang salah.
-Indikator Accumulation untuk menandakan bahwa sesaat
lagi akan terjadi deteksi dan sederetan indikator lainnya.
Panel Fire Alarm tidak memerlukan pengoperasian manual secara
rutin, karena secara teknis ia sudah beroperasi selama 24 jam non-stop. Namun
yang diperlukan adalah pengawasan dan pemeliharaan oleh
pekerja yang memang sebaiknya ditunjuk khusus untuk melakukan itu. Setiap
kesalahan (trouble) yang terjadi harus segera dilaporkan dan ditindaklanjuti,
sebab kita tidak pernah tahu kapan terjadinya bahaya kebakaran.
Pengujian berkala perlu
dilakukan sedikitnya dua kali dalam setahun guna
memastikan keseluruhan sistem bekerja dengan baik. Untuk menguji sistem
diperlukan satu standar operasi yang benar, jangan sampai menimbulkan kepanikan
luar biasa bagi orang-orang di sekitarnya disebabkan oleh bunyi bell alarm dari
sistem yang kita uji.
"Tiga Serangkai" dalam
sistem Fire Alarm terdiri dari:
1. Manual Call Point.
2. Indicator Lamp.
3. Fire Bell.
3. Fire Bell.
Disebut tiga serangkai, karena ketiganya biasa dipasang di tembok
berjajar ke bawah ataupun ditempatkan dalam satu plat metal yang berada tepat
di atas lemari hidran (selang pemadam api).
1. Manual Call Point (MCP)
Fungsi alat ini adalah untuk mengaktifkan sirine tanda kebakaran (Fire Bell) secara manual dengan cara memecahkankaca atau plastik transparan di bagian tengahnya. Istilah lain untuk alat ini adalah Emergency Break Glass. Di dalamnya hanya berupa saklar biasa yang berupa microswitch atau tombol tekan. Salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah soal lokasi penempatannya. Terbaik jika unit ini diletakkan di lokasi yang:
-sering terlihat oleh banyak orang,
-terlewati oleh orang saat berlarian ke luar bangunan,
-mudah dijangkau.
Untuk menguji fungsi alat ini tidak perlu dengan memecahkan kaca, karena sudah tersedia tongkat atau kunci khusus, sehingga saklar bisa tertekan tanpa harus memecahkan kaca. Kaca yang telanjur retak atau pecah bisa diganti dengan yang baru.
Di beberapa tipe ada yang dilengkapi dengan fungsi intercom (TEL). Petugas penguji dapat melakukan komunikasi dengan penjaga di Panel Control Room dengan memasukkan handset telepon ke dalam jack pada MCP. Seketika itu juga telepon di panel akan aktif,sehingga kedua orang ini bisa saling berkomunikasi.
2. Fire Bell
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
Fire Bell akan membunyikan bunyi alarm kebakaran yang khas. Suaranya cukup nyaring dalam jarak yang relatif jauh. Tegangan output yang keluar dari dari panel Fire Alarm adalah 24VDC, sehingga jenis Fire Bell 24VDC-lah yang banyak dipakai saat ini, sekalipun versi 12VDC juga tersedia. Perlu diperhatikan dalam pemasangan Fire Bell (pada tipe Gong) adalah kedudukan piringan bell terhadap batang pemukul piringan jangan sampai salah. Jika tidak pas, maka bunyi bell menjadi tidak nyaring. Aturlah kembali dudukannya dengan cermat sampai bunyi bel terdengar paling nyaring.
3. Indicator Lamp
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs dikatakan begini:
"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem with a circuit or if something is working properly".
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
Indicator lamp adalah lampu yang berfungsi sebagai pertanda aktif-tidaknya sistem Fire Alarm atau sebagai pertanda adanya kebakaran. Entah kami salah kaprah atau tidak, sebab dalam sebuah situs dikatakan begini:
"An indicator lamp is a light that indicates whether power is on to a device or even if there is a problem with a circuit or if something is working properly".
Jadi apabila demikian, maka yang dimaksud dengan Indicator Lamp pada Fire Alarm adalah lampu yang menunjukkan adanya power pada panel ataupun menunjukkan trouble dan atau kebakaran. Di dalamnya hanya berupa lampu bohlam (bulb) berdaya 30V/2W atau lampu LED berarus rendah. Oleh karena itu, dalam sistem yang normal (tidak pada saat kebakaran) seyogianya lampu ini menyala (On). Sebaliknya apabila lampu mati, ya tentu saja ada trouble pada power. Pada beberapa merk, indikasi kebakaran dinyatakan dengan lampu indikator yang berkedip-kedip.
4. Remote Indicating Lamp
Berbeda dengan Indicator
Lamp, maka Remote Indicating Lamp akan menyala saat terjadi kebakaran. Ingat
kembali pembahasan ini pada Judul Bagian 1. Detector Heat atau Smoke yang akan
dihubungkan dengan unit ini harus ditempatkan pada Mounting Base
3-kabel. Lampu ini dipasang di luar ruangan tertutup (closed room),
seperti ruang panel listrik, ruang genset, ruang pompa dan semisalnya, dengan
maksud agar gejala kebakaran di dalam dapat diketahui oleh orang di luar
melalui nyala lampu. Unit ini bisa juga dipasang di luar kamar hotel (sepanjang
hallway), rumah sakit dan ruangan yang semisalnya.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori dengan judul
. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://agenacemaxsjateng.blogspot.com/2014/03/tentang-fire-alarm-sistem-fire-alarm.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Kamis, 27 Maret 2014
Belum ada komentar untuk " "
Posting Komentar